Senin, 02 Desember 2013

Jokowi hebat? dan Indonesia dalam bahaya


  
Peta Pangkalan Militer AS di Asia Tenggara dan Australia
 Dengan kondisi ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite Indonesia untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan.
 Indonesia juga harus memperkuat TNI sebagai aktor pertahanan yang tugas utamanya adalah untuk melindungi segenap wilayah kedaulatan termasuk kekayaan dan kesejahteraan penduduknya.

Hal yang terpenting bukan semata persoalan mana Alutsista yang perlu diganti dan mana yang masih layak pakai. Lebih dari itu, dalam membangun TNI yang profesional dan berwibawa di mata internasional, diperlukan sebuah /grand strategy and design/ atas postur TNI. Postur TNI yang ideal untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang segera akan terbentang di kawasan ini dalam 8 tahun mendatang. (sumber: http://pediakita.com/)
AMERIKA SUDAH TIBA DI JANTUNG INDONESIA

Kedubes Amerika sementara dibangun di jakarta
Gedung lama Kedubes Amerika Serikat yang berjejer dengan Gedung Wakil Presiden di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta sudah diruntuhkan. Ini menandakan gedung itu siap dibangun dengan gedung baru sesuai rencana. Peralatan besar sudah tampak berada di sekitar Kedubes Amerika.

Terkait pembangunan itu Kepala Perijinan Bangunan P2B Heru Hermawanto membenarkan bahwa pembangunan gedung Kedubes Amerika telah mendapatkan izin pembangunannya. Pemda hanya mengecualikan gedung Syahrir.

“Kalau wilayah Amerika sendiri tidak masalah, dan P2B telah mengeluarkan izinnya, bukan gedung Syahrirnya karena itu kewenangan  Kementerian Pariwisata,” ungkap Kepala Perijinan Bangunan P2B Pemda DKI Jakarta Heru Hermawanto kepada Media Umat, Jumat (11/10) di Gedung Penataan dan Pengawasan Bangunan (P2B), Jakarta.

Menurutnya, izin itu dikeluarkan karena secara teknis telah memenuhi syarat. “Kalau kita murni teknis, kaidah-kaidah pembangunannya sudah terpenuhi. Teknis itu arsitektur, struktur dan instalasi,” ungkapnya.

Heru juga menyatakan untuk relokasi gedung Syahrir sebenarnya sejak zaman Gubernur Sutiyoso sudah ada izin, hanya saja masih berkendala hingga saat ini di Kementerian Pariwisata.

Menanggapi hal itu, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto mengkritik sikap Pemprov DKI Jakarta, yang dianggapnya sangat naif hanya melihat persoalan pembangunan Kedubes Amerika itu dari segi teknisnya saja.

“Melihat persoalan ini hanya dari segi teknis itu sangat naif, bagaimana bisa memandang gedung Kedutaan Besar Negara seperti Amerika hanya dipandang dari segi teknis, ini sangat konyol,” ujarnya kepada Media Umat.
Ismail pun menambahkan kalau pemerintah tidak mengerti tugas pokok dan fungsinya sebagai penjaga kedaulatan rakyat. “Ini juga khusus ditunjukkan pada pemerintah pusat,” tegasnya.

Jokowi telah mengizinkan pembangunan Kedubes dan lebih besar


“Tentunya kepentingan itu untuk mencengkeram Indonesia dengan dominasi ekonomi mereka di Indonesia,” terangnya.

Harusnya juga, lanjut Ismail, Pemda daerah yang dipimpin Jokowi dari partai yang katanya nasionalis memberikan saran kepada pemerintah pusat untuk tidak menyetujui pembangunan ini.

Pemerintah AS akan membangun kompleks Kedubes AS di Jakarta senilai US$ 450 juta. Gedung yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan No.4 Jakarta Pusat itu akan dimodernisasi dengan menggunakan teknologi dan standar tinggi dalam hal perancangan dan tata ruang.

Pembangunan gedung baru 10 lantai yang menempati lahan seluas 36 ribu meter persegi ini ditargetkan akan selesai pada 2017. Pihak AS menyatakan gedung baru itu akan menampung para staf kedutaan dan misi AS untuk ASEAN di Jakarta.

Kalau gedung ini jadi, menurut Ismail, ini akan menjadi gedung Kedubes AS ketiga terbesar setelah Irak dan Pakistan. “Ketiganyakan negeri Muslim, kita bisa melihat kalau Amerika memiliki perhatian khusus terhadap negeri ini, baik secara politis maupun ekonomi, jadi sangat konyol memandangnya hanya dari segi teknis,” pungkasnya.[] fatih mujahid [htipress/www.al-khilafah.org]
Menurut Ismail, meskipun Pemda DKI Jakarta berargumentasi ini persoalan teknis harusnya  pemerintah pusat menganulir perizinan tersebut dengan pertimbangan gedung kedutaan yang akan di renovasi dengan sebesar itu memiliki fungsi dan tugas pokok sangat besar untuk kepentingan Amerika.

Selasa, 10 September 2013

Mau wisata budaya? Ke Sulawesi Tengah saja! Daerah ini sudah mengenal peradaban sejak dahulu kala

Waktu kita sekolah di SMP /SMA tentu keberadaan patung Megalithikum di Sulawesi Tengah tidak banyak yang ketahui.  Inilah peninggalan nenek moyang kita di Nusantara bahwa peradaban di Nusantara adalah bukan peradaban baru tapi sudah lama mengenal kebudayaan.


Daerah Sulawesi Tengah adalah daerah yang sangat potensial untuk wisata namun daerah ini belum banyak di kenal untuk itu tulisan ini diangkat.

Salah satu wilayah sebaran kebudayaan Megalithikum yang cukup kaya peninggalannya adalah : Taman Nasional Lore Lindu, yang membentang sepanjang Lembah Napu, Lembah Besoa dan Lembah Bada – Sulawesi Tengah. Pembuktian sejarah, bahwa kebudayaan tinggi telah mewarnai kehidupan suku-suku bangsa di Nusantara.


Lembah Megalitikum Besoa. Di lembah ini terdapat arca-arca atau patung batu unik dari zaman prasejarah yang terhampar luas di padang rumput.  Di lembah ini ratusan arca batu banyak ditemukan dan jarak dari satu arca ke arca lainnya bervariasi berjarak antara 50 - 100 meter atau lebih.
Universitas Tadulako Palu
Salah satunya Arca Tadulako menurut kabar adalah arca panglima perang yang tersisa dari zamannya.

Menurut tetua adat Besoa, Tadulako adalah panglima perang yang tersisa dari sebuah perang suku di zaman sekitar 3.000 Sebelum Masehi. Ia dikutuk menjadi batu setelah dipukul kepalanya oleh seorang perempuan musuh dengan batang alu.  “Itu kisah turun-temurun yang saya ketahui sampai kini tentang Tadulako.  Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan kisah ini muncul, tapi dari perhitungan peneliti, kisah ini ada sejak ribuan tahun lalu.

Saking terkenalnya arca ini, sebuah perguruan tinggi negeri di Palu, Sulawesi Tengah dinamai Universitas Tadulako. Tadulako merujuk pada gelar pemimpin perang atau orang yang sangat dihormati. Tadulako sama dengan Senopati dalam tradisi Jawa.  Lembah Megalitikum Besoa terletak sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut.

patung Sepe / Polindo
Di dekat arca Tadulako sekitar 50 meter kita juga akan menemukan Kalamba. Ini yang menarik. Menurut cerita, arca ini dulunya adalah bak mandi para putri raja. Bentuknya seperti ember besar. Kalamba ini mempunyai tutup yang juga terbuat dari batu alam.
Berkunjung ke lembah Megalitum bak terlempar jauh ke masa prasejarah di mana manusia belum mengenal tulisan.


Selain Tadulako, salah satu arca yang fenomenal adalah Patung Sepe, yang biasa disebut pula Arca Miring, karena posisinya berdiri seperti Menara Pisa di Roma, Italia. Tak ada yang tahu pasti kenapa Patung Sepe ini posisinya miring.



Untuk menuju ke situs ini, kita bisa menempuhnya dengan kendaraan roda empat atau roda dua. Lalu dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki sekira 300 meter dari jalan utama di Lembah Napu.  Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Tengah saat ini terdapat 432 objek situs megalit di Sulawesi Tengah. Tersebar di Lore Utara dan Lore Selatan, Poso sebanyak 404 situs dan di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala sebanyak 27 situs.
Saat ini, sebagian besar arca yang ditaksir berusia sekitar 3000 – 4000 SM itu masih berada di situs alamnya di Lembah Napu, Bada dan Besoa di Kecamatan Lore Utara dan Lore Selatan, Kabupaten Poso. Sementara sebagiannya sudah dibawa ke Museum Negeri Sulawesi Tengah.  Arca megalitikum semacam ini adalah hal yang langka di dunia karena hanya terdapat di Napu, Besoa, Bada dan di Marquies Island, Amerika Latin.

 

Dr Albertus Christiaan Kruyt (1869-1949) dan Dr Nicolaus Adriani yang tiba di Poso pada 1895, dua orang misionaris dan juga ahli etnografer Belanda, mencatat sebelum masuknya Belanda ke Poso pada 1908, masyarakat Poso masih memperlakukan penguburan mayat-mayat anggota suku mereka di dalam batu maupun kayu. Sebagai bukti, sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan Goa Latea, salah satu situs penguburan di dalam kubur batu dan goa-goa di Tentena, Sulawesi Tengah, sekitar 300 kilometer dari Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.

Menurut Martin, salah seorang juru pelihara situs megalitikum di Lembah Besoa, dari sejumlah situs megalitikum di Kabupaten Poso itu terdapat beragam peninggalan zaman megalitikum. Ada yang berupa arca, menhir atau dolmen.

“Jadi arca-arca megalitikum di sini sangat beragam. Bisa jadi situs ini yang paling beragam di Indonesia. Sayangnya, kita memang kurang promosi, sehingga kurang dikunjungi oleh wisatawan. Paling yang datang ke sini adalah peneliti,” kata Martin.

Dibanding situs-situs arkeologi lainnya, situs ini kurang mendapat perhatian. Padahal kita tahu usia arca-arca megalitikum itu lebih tua daripada Borobudur.   Sulteng memiliki 1.451 buah arca dari situs megalitikum yang terseber di Lembah Napu, Lembah Bada dan Lembah Besoa, Kabupaten Poso. Diperkirakan situs megalitikum Sulteng adalah yang terluas di Indonesia.

Rabu, 04 September 2013

Kota Palu dan Sejarah

U M U M
Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu'e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini adalah dataran tinggi.

Palu adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Palu terletak sekitar 1.650 km di sebelah timur laut Jakarta. Koordinatnya adalah 0°54′ LS 119°50′ BT. Penduduknya berjumlah 342.754 jiwa (2012).



Provinsi Sulawesi Tengah yang dibentuk dengan Undang-Undang nomor 13 tahun 1964 terdiri dari wilayah daratan 68.033,00 km persegi dan wilayah lautan 189.408,00 km persegi. Secara administratif Sulawesi kelurahan 91.432 desa/kelurahan.
Tengah dibagi dalam 9 kabupaten, 1 kota madya dengan 85 kecamatan serta 1300 desa dan 132
Topografi wilayah daratan diklasifikasikan sebagai berikut:


  1. Lahan pertanian: 673.759 Ha (10,56%)
  2. Hutan lindung: 1.764.720 Ha (21,71%)
  3. Hutan suaka wisata: 604.780 Ha (9,49%)
  4. Hutan suaka tetap: 422.809 Ha (33,64%)
  5. Hutan produksi yang dapat dikonversi: 241.757 Ha (3,80%)
  6. Lahan pemukiman: 519.757 Ha (8,16%)
Berdasarkan elevasi (ketinggian) dataran di Sulawesi Tengah terdiri dari:
  • 0-100 M = 20,2%
  • 101-500 M = 27,2%
  • 501-1000 M = 26,7%
  • di atas 1001 M = 25,9%


















Jarak antara ibukota provinsi ke daerah kabupaten:
No. Jarak Antara Kilometer
1 Palu - Poso 221 Km
2 Palu - Luwuk 607 Km
3 Palu - Toli-Toli 439 Km
4 Palu - Donggala 34 Km
5 Palu - Parigi Moutong 66 Km
6 Palu - Morowali 756 Km
7 Palu - Buol 806 Km
8 Palu - Tojo Unauna 300 Km














SEJARAH

Sejarah Kota Palu | Sulwesi Tengah ~ Palu adalah “Kota Baru” yang letaknya di muara sungai. Dr. Kruyt menguraikan bahwa Palu sebenarnya tempat baru dihuni orang (De Aste Toradja’s van Midden Celebes). Awal mula pembentukan kota Palu berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan Ulayo. Setelah pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka sampai di Boya Pogego sekarang ini.

Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu : Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama Kamonji, Panggovia sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. 
 Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Berikut daftar susunan raja-raja Palu :
1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 - 1805
2. I Dato Labungulili 1805 - 1815
3. Malasigi Bulupalo 1815 - 1826
4. Daelangi 1826 - 1835
5. Yololembah 1835 - 1850
6. Lamakaraka 1850 - 1868
7. Maili (Mangge Risa) 1868 - 1888
8. Jodjokodi 1888 - 1906
9. Parampasi 1906 - 1921
10. Djanggola 1921 - 1949
11. Tjatjo Idjazah 1949 – 1960


Setelah Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di wilayah Palu. Setelah masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah Belanda, dibuatlah satu bentuk perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian panjang) yang akhirnya dirubah menjadi “Karte Vorklaring” (perjanjian pendek). Hingga akhirnya Gubernur Indonesia menetapkan daerah administratif berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940. Kota Palu termasuk dalam Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih kecil menjadi Arder Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu, meliputi tiga wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :

1. Swapraja Palu
2. Swapraja Dolo
3. Swapraja Kulawi

Pertumbuhan Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin lama semakin meningkat. Dimana hasrat masyarakat untuk lebih maju dari masa penjajahan dengan tekat membangun masing-masing daerahnya. Berkat usaha makin tersusun roda pemerintahannya dari pusat sampai ke daerah-daerah. Maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II Donggala sesuai peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya melahirkan Kota Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978.
Berangsur-angsur susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh pemerintah pusat disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-daerah melalui pemecehan dan penggabungan untuk pengembangan daerah, kemudian dihapuslah pemerintahan Swapraja dengan keluarnya peraturan yang antara lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 Tentang Terbentuknya Dati I Propinsi Sulteng dengan Ibukota Palu.


Dasar hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu yang dibentuk tanggal 27 September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi Tengah sekaligus ibukota Kabupaten Dati II Donggala dan juga sebagai ibukota pemerintahan wilayah Kota Administratif Palu. Palu merupakan kota kesepuluh yang ditetapkan pemerintah menjadi kota administratif.


Sebagai latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di daerah ini dalam pencetusan pembentukan Pemerintahan wilayah kota untuk Kota Palu dimulai sejak adanya Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng di Poso Tahun 1964. Atas dasar keputusan tersebut maka diambil langkah-langkah positif oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Pemerintah Dati II Donggala guna mempersiapkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kemungkinan Kota Palu sebagai Kota Administratif. Usaha ini diperkuat dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Sulteng Nomor 225/Ditpem/1974 dengan membentuk Panitia Peneliti kemungkinan Kota Palu dijadikan Kota Administratif, maka pemerintah pusat telah berkenan menyetujui Kota Palu dijadikan Kota Administratif dengan dua kecamatan yaitu Palu Barat dan Palu Timur.


Berdasarkan landasan hukum tersebut maka pemerintah Kotif Palu memulai kegiatan menyelenggarakan pemerintahan di wilayah berdasarkan fungsi sebagai berikut :
a. Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan pemerintah dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.
b. Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi dan fisik perkotaan.
c. Mendukung dan merangsang secara timbal balik pembangunan wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten Dati II Donggala.


Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :
1. Pemerintah
2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya perkotaan
3. Pengarahan pembangunan ekonomi, sosial dan fisik perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12 Oktober 1994, Mendagri Yogi S. Memet meresmikannya Kotamadya Palu dan melantik Rully Lamadjido, SH sebagai walikotanya. Kota Palu terletak memanjang dari timur ke barat disebelah utara garis katulistiwa dalam koordinat 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak di Teluk Palu dengan dikelilingi pegnungan. Kota Palu terletak pada ketinggian 0 – 2500 m dari permukaan laut dengan keadaan topografis datar hingga pegunungan. Sedangkan dataran rendah umumnya tersebut disekitar pantai.


Berikut batas-batas wilayah Kota Palu adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tawaeli dan Kecamatan Banawa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kabupaten Sigi
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan Kecamatan Marawola
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tawaeli dan Kabupaten Parimo


Dengan pembagian wilayah menjadi empat, yaitu :
1. Kecamatan Palu Barat mencakup 15 Kelurahan
• Duyu
• Ujuna
• Nunu
• Boyaoge
• Balaroa
• Donggala Kodi
• Kamonji
• Baru
• Lere
• Kabonena
• Tipo
• Buluri
• Silae
• Watusampu
• Siranindi

2. Kecamatan Palu Selatan mencakup 12 Kelurahan
• Tatura
• Birobuli
• Petobo
• Kawatuna
• Tanamodindi
• Lolu Utara
• Tawanjuka
• Palupi
• Pengawu
• Lolu Selatan
• Sambale Juraga
• Tamalanja

3. Kecamatan Palu Timur mencakup 8 Kelurahan
• Lasoani
• Poboya
• Talise
• Besusu Barat
• Tondo
• Besusu Tengah
• Besusu Timur
• Layana Indah

4. Kecamatan Palu Utara mencakup 8 Kelurahan
• Mamboro
• Taipa
• Kayumalue Ngapa
• Kayumalue Pajeko
• Panau
• Lambara
• Baiya
• Pantoloan 

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu
http://indo-one.blogspot.com/2010/07/sejarah-kota-palu-sulwesi-tengah.html